Pages

Blogger news

Selasa, 14 April 2015

Inovasi Bahan Bakar Bio dari Buah Zaitun

Buah zaitun bukan hanya cemilan lezat, namun juga dianggap berharga karena minyak yang dihasilkan. Kini zaitun dimanfaatkan periset dalam membuat bahan bakar nabati untuk mengurangi emisi CO2. 

Inovasi Bahan Bakar Bio dari Buah Zaitun

Para ilmuwan Universitas Teknologi Wina bekerja di sekitar sebuah konstruksi baja setinggi hampir enam meter. Ini adalah generasi baru 'instalasi gasifikasi,' yang dicetuskan pertama kali oleh universitas tersebut dua dekade lalu. Instalasi mampu mengubah biomassa menjadi gas, dan di Austria serta sejumlah negara Eropa lainnya, gas ini digunakan untuk menjalankan generator dan memproduksi listrik.

Kini masalahnya adalah membeli biomassa yang terjangkau agar dapat bersaing dengan sumber energi terbarukan dan bahan bakar fosil. Mengingat harga kayu dan hasil pertanian yang terus melambung, Uni Eropa membiayai sebuah proyek yang bertujuan mengubah pomace - apa yang tersisa dari buah zaitun setelah minyaknya diperas - menjadi bahan bakar bio.

Pabrik pengolahan minyak bio zaitun 

"Pada akhir proses terdapat residu dan tidak ada minyak zaitun lagi yang tersisa. Jadi ini semacam materi limbah dari kilang minyak zaitun, namun konten energinya masih cukup tinggi," ungkap Stefan Müller, seorang periset senior di Universitas Teknologi Wina, kepada DW.

Lebih dari sekedar cemilan

Proyek Phenolive bertujuan memaksimalkan nilai buah zaitun. Di laboratorium Phenobia, sebuah start-up yang digagas Universitas Bordeaux, para peneliti mengidentifikasi senyawa yang dapat diambil dari pomace zaitun setelah minyaknya diperas dan sebelum diubah menjadi energi
.
perkebunan zaitun

"Laboratorium khusus menganalisa fenol dari berbegai tipe bahan mentah untuk produk akhir seperti kosmetik, suplemen makanan atau makanan," papar direktur Xavier Vitra kepada situs Perancis LaBiotech. Ia menambahkan bahwa mengambil polifenol akan menambah nilai bagi pomace.

Menekan konsumsi energi

Sejumlah wilayah produsen zaitun di Eropa telah membakar pomace zaitun sebagai bahan bakar, namun Müller ingin menganalisa residu dan sepenuhnya menginvestigasi potensi energinya. Kegunaan lain dari pomace termasuk kompos dan pupuk.

Pabrik pengolahan minyak bio zaitun

Tim riset universitas juga memproduksi bahan bakar cair dari biomassa. Dan mereka mengatakan ini berpotensi memungkinkan industri zaitun untuk menjalankan kendaraan transportasi mereka dengan bahan bakar dari hasil residu zaitun. Sebuah instalasi gasifikasi yang dikembangkan di Güssing, Austria, sudah memproduksi bahan bakar cair bagi kendaraan.

"Idenya adalah penyulingan bio. Sumber daya terbarukannya memproduksi bahan bakar masa depan," ucap insinyur Johannes Schmid. Targetnya, katanya, adalah untuk mendemonstrasikan bahwa penyulingan tidak perlu membakar bahan bakar fosil.

Eropa memproduksi 80 juta ton pomace minyak zaitun setiap tahun, menurut proyek Phenolive. Apabila proyek ini berhasil, tentu industri zaitun akan menguat dan biayanya, terutama untuk energi, akan banyak berkurang.

Sumber : www.dw.de

Baterai Laptop Bekas Jadi Sumber Listrik

Peneliti IBM mengembangkan produk hasil daur ulang baterai laptop bekas, yang bisa bermanfaat bagi ratusan juta warga di dunia yang rumahnya tidak memiliki akses listrik.

Baterai Laptop Bekas Jadi Sumber Listrik

Menurut agen perlindungan lingkungan (EPA), di Amerika Serikat saja setiap tahunnya ada 50 juta laptop dan komputer yang dibuang. Padahal baterai lithium-ion dari puluhan juta laptop bekas masih bisa dimanfaatkan. Sekelompok illmuwan IBM di India berhasil mengembangkan cara mendaur ulang baterai laptop lithium-ion bekas dan mengubahnya menjadi sumber listrik dan cahaya.

Peneliti di Bangalore mengembangkan alat prototipe yang bisa digunakan untuk menyuplai cahaya lampu bagi warga yang tidak punya akses ke sumber listrik. Menurut mereka, 70 persen baterai laptop bekas punya cukup energi untuk menyalakan lampu LED selama 1640 jam per tahun. Ini berarti empat jam listrik per hari selama satu tahun.

Kotak energi

Penemuan ini tidak hanya membantu proses daur ulang dari sampah elektronik yang semakin bertambah jumlahnya per tahun, tetapi juga membantu kawasan miskin di negara-negara berkembang dimana biaya listrik masih terlalu tinggi.

Prototipe buatan IBM dan perusahaan RadioStudio diberi nama UrJar. Gabungan dari dua kata dalam Bahasa Hindi: urja (energi) dan jar (kotak). UrJar memiliki komponen baterai isi ulang yang dirakit dari bagian-bagian baterai laptop bekas. Alat ini mampu memberi tenaga listrik bagi bohlam LED, cas ponsel, dan kipas angin. 

"Komponen termahal dalam sistem ini seringnya adalah baterai," ujar Vikas Chandan, peneliti IBM yang memimpin proyek tersebut kepada situs Technology Review MIT. "Dalam hal ini, bagian termahal justru berasal dari sampah."

Produk gratis

Bagaimana cara pembuatannya? Kemasan baterai laptop dibuka. Lalu sel baterai dikeluarkan. Tiap sel diperiksa secara terpisah untuk mengetahui yang mana yang masih bisa dimanfaatkan. Setelah itu sel-sel baterai yang berfungsi digabungkan kembali untuk membentuk semacam baterai. Perangkat untuk mencas ditambahkan dan juga sirkuit untuk mencegah alat menjadi terlalu panas.

Peneliti memperkirakan biaya produksi satu UrJar sekitar 600 Rupee atau sekitar 120.000 Rupiah. Prototipe diuji coba oleh lima pengguna di kawasan miskin India. Empat diantaranya menggunakan alat tersebut untuk warung pinggir jalan tempat mereka bekerja.

Para pengguna mengatakan, mereka bersedia membayar 1000 Rupee untuk produk tersebut. Tetapi menurut situs Tech Review, IBM tidak berencana mengubah teknologi ini menjadi bisnis. Mereka akan menyediakan dokumen cara pembuatan UrJar secara cuma-cuma bagi negara-negara berkembang.

Sumber : www.dw.de

Teknologi Baru Turbin Lepas Pantai

Bisnis tenaga angin tidak selalu menguntungkan. Kini perusahaan teknologi Siemens mengembangkan program penghematan dan teknologi canggih yang bisa mengatasi masalah ini. 

  

Turbin berkapasitas 3,6 megawatt ini adalah model yang paling banyak terjual dari Siemens Wind Power. Yakni, lengkap dengan transmisi mekanik dalam gondola kincir angin yang mengubah rotasi menjadi energi listrik.

Kini, Siemens memproduksi turbin yang bekerja tanpa transmisi semacam itu. Energi ditransfer lewat magnet. Harganya lebih mahal, tapi banyak kelebihannya. Michael B. S. Pedersen dari Siemens Wind Power Werk Brande menjelaskan: "Kerumitan dikurangi. Turbin tanpa transmisi memiliki suku cadang mekanik 50 persen lebih sedikit."

Upaya menurunkan biaya logistik

Artinya: bobot lebih ringan dan lebih sedikit suku cadang yang bisa aus dan kelak harus direparasi atau diganti. Ini hal terpenting dalam bisnis pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai. Karena biaya yang sangat tinggi untuk instalasi dan pemeliharaan di laut mengurangi keuntungan.

Pimpinan Siemens Wind Power Markus Tacke juga ingin menurunkan biaya logistik secara drastis dan menerapkan perakitan secara modular. "Dulu mesin komplit dirakit di pabrik, lalu harus diangkut ke pelabuhan. Kini dengan prinsip modular, komponen dibagi dalam unit lebih kecil sehingga lebih mudah dibawa ke pelabuhan. Di sana ada cukup tempat untuk merakit turbin dan mengangkutnya ke laut. Jadi transportasi darat yang rumit bisa dihindari." 

Harga harus terjangkau

Namun tetap saja bobot yang harus diangkut saat transportasi masih sangat besar. Teknologi baru diharapkan mampu memacu perkembangan baru. Kincir tidak harus selalu berukuran sangat besar untuk bisa menghasilkan energi yang lebih banyak.

"Proyek baru dilengkapi dengan mesin 4 megawatt dan diameter rotor 130 meter. Kenaikan efisiensi mencapai 15 persen. Untuk lepas pantai, ini bukan perkembangan terakhir. Proyek selanjutnya adalah mesin 6 megawatt dengan diameter rotor 154 meter. Ini juga belum merupakan akhir dari perkembangan teknologi tersebut", tandas Tacke.

Namun, visi masa depan Siemens tergantung pada biaya produksi. Turbin angin terbaik pun harus berupa produk industri yang harganya terjangkau. Jika tidak, produk tersebut tidak akan punya peluang di pasar global.
Sumber : www.dw.de

Senin, 13 April 2015

Baju Robot ala Iron Man dari Jepang kini Dijual di Toko Online Amazon

Masih ingat dengan robot raksasa bernama Kuratas yang diperkenalkan pada beberapa tahun lalu? Kini, Kogora Kurata, perusahaan yang menciptakan robot tersebut memutuskan mulai menjual robot tersebut ke pasaran. Dan salah satunya, robot yang mempunyai tinggi empat meter tersebut dijual melalui toko online Amazon dengan harga sebesar 1 juta USD atau sekitar 12 miliar rupiah.
Robot ini pun bisa dimasuki selayaknya seperti baju robot milik Tony Stark di film Iron Man. Pemilik robot bisa menggunakan Kuratas selayaknya seperti Iron Man dan mengontrol gerakan Kuratas dari dalam. Cara lainnya, bisa juga memakai perangkat yang mempunyai konektivitas 3G seperti sebuah smartphone atau tablet.
robor-kuratas-jepang
robor-kuratas-jepang
Berbagai fungsi pun bisa dilakukan oleh robot ini. Bahkan pihak perusahaan mengatakan kalau robot yang bisa berjalan dengan kecepatan 10 km per jam ini bisa dipersenjatai dengan senjata api yang canggih. Dan pihak Kogora Kurata pun kini menawarkan robot ini dengan 16 pilihan warna. Termasuk di antaranya adalah warna hitam serta pink.
robor-kuratas-jepang


Sumber: http://www.beritateknologi.com/baju-robot-ala-iron-man-dari-jepang-kini-dijual-di-toko-online-amazon/

Apa Jadinya Dengan Nasib Buruh Jika Robot Ini Diproduksi Masal

Kali ini kami menampilkan tentang robot yang bisa berfungsi sebagai pengganti buruh pabrik bernama Sawyer, yang diproduksi oleh Rethink Robotics, sebuah perusahan robotik dari Boston yang menspesialisasikan diri memproduksi robot agar pabrik bisa berfungsi lebih efisien, lebih aman serta lebih produktif.
Sebelumnya Rethink Robotics telah memiliki robot bernama Baxter dengan dua lengan yang diluncurkan pada tahun 2012 yang memiliki fungsi untuk menggantikan pekerjaan berat seperti mengangkat kotak.
Kali ini Sawyer, yang hanya memiliki satu lengan lebih diperuntukkan bagi pekerjaan lebih ringan dan membutuhkan detail serta presisi, seperti ujicoba papan sirkuit, dan lain-lain. Harga Robot Sawyer adalah 29000 USD yang lebih mahal 4000 USD dibanding Baxter.
Yang menarik dari robot ini adalah adanya wajah digital dari layar di bagian atas robot, yang juga berfungsi sebagai user interface. Dengan adanya Sawyer, maka sebagian pekerjaan buruh pabrik bisa digantikan oleh robot ini.
Jabil, perusahaan industri elektronik global akan menjadi konsumen pertama yang tertarik oleh Sawyer ini untuk dioperasikan di pabrik mereka.

Sumber : http://www.beritateknologi.com/sawyer-robot-satu-lengan-terbaru-dari-rethink-robotics-sebagai-pengganti-buruh-pabrik/

Lengan Bionik Asal Jepang ini Bisa Dipakai dengan Menggunakan Smartphone

lengan-bionic-smartphone
Kegunaan sebuah smartphone saat ini memang tak hanya bisa dipakai untuk sarana komunikasi. Sebuah smartphone kini juga bisa digunakan sebagai penghubung dengan perangkat elektronik lainnya. Bahkan bisa pula dipakai sebagai penghubung untuk sebuah lengan bionik yang bernama Handii.
Lengan bionik ini merupakan hasil pengembangan sebuah perusahaan Jepang bernama Exii. Cara kerjanya, lengan bionik tersebut memanfaatkan sebuah smartphone sebagai perantaranya. Dengan sebuah aplikasi yang ada di smartphone, maka lengan bionik ini pun bisa melakukan berbagai jenis gerakan selayaknya sebuah tangan asli.
Lengan bionik Handii tersebut dilengkapi dengan sensor EMG yang selanjutnya bisa mendeteksi gerakan otot dan saraf. Selanjutnya, sinyal hasil tangkapan sensor tersebut akan diolah oleh aplikasi khusus di smartphone yang pada akhirnya akan menerjemahkannya menjadi gerakan-gerakan tertentu.
Menariknya lagi, lengan bionik ini dibangun dengan menggunakan teknologi printer 3D. Harapannya, teknologi printer 3D tersebut memudahkan produksi massal dari peralatan elektronik yang satu ini. Terlebih harganya pun dikabarkan tidak kurang dari 300 USD.

Sumber : http://www.beritateknologi.com/lengan-bionik-asal-jepang-ini-bisa-dipakai-dengan-menggunakan-smartphone/

Minggu, 12 April 2015

Teknologi Baterai 1 Menit Charging Langsung Penuh

Teknologi Baterai 1 Menit Charging Langsung Penuh
CALIFORNIA - Peneliti di Standford University menemukan varian baru dari baterai aluminum-ion. Teknologi baterai terbaru memungkinkan proses pengisian daya dalam waktu yang singkat, yakni satu menit.

Dilansir Slashgear, Selasa (7/4/2015), teknologi baterai yang dibuat peneliti Standford University mengusung kecepatan charging, aman dan murah. Tim peneliti dipimpin oleh profesor kimia Dai Hongjie yang mengembangkan baterai berbasis aluminum-ion.

Tipe baterai ini menjadi fokus banyak ahli kimia, pakar industri, peneliti sebagai evolusi dari teknologi baterai berikutnya. Namun, selama ini penelitian dianggap gagal karena tipe material yang dipakai pada akhirnya berpengaruh terhadap performa baterai.

Dai mengungkapkan, ada 'ketidaksengajaan' yang membuat ia menemukan bahwa katoda atau elektroda bermuatan positif dari baterai, terbuat dari 'graphite' (grafit) yang memberikan performa terbaik. Temuan tersebut memberikan jawaban atas kegagalan peneliti selama ini terkait tipe material yang dipakai.

Hasilnya, baterai ini menjadi ideal sebagai sumber energi generasi baru dengan biaya lebih terjangkau. Biaya lebih murah karena memakai bahan alumunium ketimbang menggunakan lithium.

Peneliti mengklaim, teknologi baterai ini aman, bahkan tidak akan mengeluarkan api saat rusak atau tidak berbahaya saat pengguna melubangi baterai tersebut. Dai mengatakan, salah satu fitur yang paling menarik ialah baterai tersebut bisa diisi dengan sangat cepat, mengalahkan teknologi pengisian QuickCharge 2.0 Qualcomm.

Teknologi baterai inovatif ini bisa mengisi daya baterai penuh selama kurang dari satu menit. Salah satu keunggulan lainnya ialah baterai tersebut bisa lentur atau fleksibel karena memakai alumunium, sehingga memungkinkan perangkat mobile masa depan tanpa perlu dihantui isu bendgate atau bengkok.

Sumber : http://techno.okezone.com/read/2015/04/07/56/1130283/teknologi-baterai-1-menit-charging-langsung-penuh