Buah zaitun bukan hanya cemilan lezat, namun juga dianggap berharga
karena minyak yang dihasilkan. Kini zaitun dimanfaatkan periset dalam
membuat bahan bakar nabati untuk mengurangi emisi CO2.
Para ilmuwan Universitas Teknologi Wina bekerja di sekitar sebuah
konstruksi baja setinggi hampir enam meter. Ini adalah generasi baru
'instalasi gasifikasi,' yang dicetuskan pertama kali oleh universitas
tersebut dua dekade lalu. Instalasi mampu mengubah biomassa menjadi gas,
dan di Austria serta sejumlah negara Eropa lainnya, gas ini digunakan
untuk menjalankan generator dan memproduksi listrik.
Kini masalahnya adalah membeli biomassa yang terjangkau agar dapat bersaing dengan sumber energi terbarukan
dan bahan bakar fosil. Mengingat harga kayu dan hasil pertanian yang
terus melambung, Uni Eropa membiayai sebuah proyek yang bertujuan
mengubah pomace - apa yang tersisa dari buah zaitun setelah minyaknya diperas - menjadi bahan bakar bio.
"Pada akhir proses terdapat residu dan tidak ada minyak zaitun lagi yang
tersisa. Jadi ini semacam materi limbah dari kilang minyak zaitun,
namun konten energinya masih cukup tinggi," ungkap Stefan Müller,
seorang periset senior di Universitas Teknologi Wina, kepada DW.
Lebih dari sekedar cemilan
Proyek Phenolive bertujuan memaksimalkan nilai buah zaitun. Di
laboratorium Phenobia, sebuah start-up yang digagas Universitas
Bordeaux, para peneliti mengidentifikasi senyawa yang dapat diambil dari
pomace zaitun setelah minyaknya diperas dan sebelum diubah menjadi energi
.
"Laboratorium khusus menganalisa fenol dari berbegai tipe bahan mentah
untuk produk akhir seperti kosmetik, suplemen makanan atau makanan,"
papar direktur Xavier Vitra kepada situs Perancis LaBiotech. Ia
menambahkan bahwa mengambil polifenol akan menambah nilai bagi pomace.
Menekan konsumsi energi
Sejumlah wilayah produsen zaitun di Eropa telah membakar pomace zaitun
sebagai bahan bakar, namun Müller ingin menganalisa residu dan
sepenuhnya menginvestigasi potensi energinya. Kegunaan lain dari pomace
termasuk kompos dan pupuk.
Tim riset universitas juga memproduksi bahan bakar cair dari biomassa.
Dan mereka mengatakan ini berpotensi memungkinkan industri zaitun untuk
menjalankan kendaraan transportasi mereka dengan bahan bakar dari hasil
residu zaitun. Sebuah instalasi gasifikasi yang dikembangkan di Güssing,
Austria, sudah memproduksi bahan bakar cair bagi kendaraan.
"Idenya adalah penyulingan bio. Sumber daya terbarukannya memproduksi bahan bakar masa depan,"
ucap insinyur Johannes Schmid. Targetnya, katanya, adalah untuk
mendemonstrasikan bahwa penyulingan tidak perlu membakar bahan bakar
fosil.
Eropa memproduksi 80 juta ton pomace minyak zaitun setiap tahun, menurut
proyek Phenolive. Apabila proyek ini berhasil, tentu industri zaitun
akan menguat dan biayanya, terutama untuk energi, akan banyak berkurang.
Sumber : www.dw.de
0 komentar:
Posting Komentar